Peristiwa 12 Desember: Gempa 7,8 SR dan Tsunami 36 Meter Hancurkan Flores

Ilustrasi Tsunami. Peristiwa 12 Desember: Gempa dahsyat 7,8 SR dan tsunami 36 meter hancurkan Pulau Flores. /REUTERS/Mainichi Simbun
Ilustrasi Tsunami. Peristiwa 12 Desember: Gempa dahsyat 7,8 SR dan tsunami 36 meter hancurkan Pulau Flores. /REUTERS/Mainichi Simbun

PILARMEDIA.ID — Gempa magnitudo 7,4 mengguncang Nusa Tenggara Timur (NTT) dan sekitarnya terjadi pada hari Selasa, 14 Desember kemarin. Getaran gempa dengan kedalaman 12 km itu terasa hingga ke Sulsel.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, 230 unit rumah di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan mengalami kerusakan pascagempa bumi bermagnitudo 7,4 di wilayah Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Ada tiga provinsi yang terdampak gempa meliputi; Nusa Tenggara Timur yaitu Kabupaten, Flores Timur, Kabupaten Sikka, Kabupaten Lembata, Kabupaten Manggarai, Kabupaten Nagekeo, Kabupaten Kepulauan Selayar, Kabupaten Buton, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Sabu Raijua, Kota Bau Bau dan Kabupaten Manggarai Barat.

Kemudian di Provinsi Sulsel, Kota Makassar dan Kabupaten Selayar, sedangkan di Sulawesi Tenggara yakni Kabupaten Muna.

Dalam catatan sejarah. 29 tahun yang lalu, tepatnya peristiwa 12 Desember, salah satunya yakni terjadinya gempa bumi Flores. Gempa dahsyat 7,8 SR dan tsunami 36 meter itu hancurkan Pulau Flores.

Peristiwa memilukan itu menimpa Flores dan memakan korban jiwa yang cukup banyak.

Dari berbagai sumber, gempa dahsyat 7,8 SR itu terjadi lepas pantai Pulau Flores, Indonesia. Gempa ini sedikitnya menghancurkan 18.000 rumah, 113 sekolah, 90 tempat ibadah, dan lebih dari 65 tempat lainnya.

Kabupaten yang terkena gempa ini ialah Kabupaten Sikka, Kabupaten Ngada, Kabupaten Ende, dan Kabupaten Flores Timur. Kota yang paling parah ialah Maumere. Lebih dari 1.000 bangunan hancur dan rusak berat.

Gempa berkekuatan 7,5 SR terjadi pukul 13.29 WITA dengan pusat gempa di kedalaman 35 kilometer barat laut Kota Maumere. Tsunami hebat terjadi karena gempa tersebut memicu longsor di bawah laut.

Peristiwa gempa disertai tsunami di Flores tidak terdekomentasi dengan baik di dalam negeri. Ini karena saat itu sangat minim perhatian dari ilmuwan Indonesia.

Seperti ditulis nationalgeographic.co.id, hingga tahun 1992, Indonesia belum memiliki ahli tsunami sehingga riset soal tsunami Flores lebih banyak dilakukan ahli-ahli Jepang.

Perhatian kalangan ilmuwan Indonesia terhadap tsunami baru terbangkitkan setelah tsunami Aceh. (bs/bin/min)