Kursi penonton di Stadion Lapatau Watampone penuh. Orang-orang berdesakan. Sesak sekali. Meski hujan sedang mengguyur.
Justang Muhammad
Watampone
PETUGAS keamanan di depan pintu masuk saja, kewalahan menghadapi warga yang tak sabar untuk masuk ke dalam stadion. Mereka takut melewatkan pertunjukan yang akan disuguhkan oleh panitia pelaksana MTQ XXXII.
“Kenapa ditahan kasian. Kita mau menonton,” keluh salah seorang ibu di hadapan petugas kepolisian, Jumat, 25 Juni.
Teriakan dari dalam stadion membuat warga yang tertahan semakin tidak sabar untuk masuk. Banyak yang berniat untuk menerobos. “Sabar ya bu. Acaranya belum dimulai. Kita beri jalan dulu untuk para kafilah masuk. Setelah itu, kita akan masuk bersama-sama,” kata petugas kepolisian menenangkan warga.
Jarum jam sudah menunjuk pukul 20.30 Wita. Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman, Bupati Bone Andi Fahsar Mahdin Padjalangi, Kakanwil Kemenag Sulsel Khaeroni, bersama seluruh pimpinan daerah kabupaten kota di Sulsel perlahan memasuki stadion, hingga duduk di atas panggung.
Di tengah lapangan, sudah berdiri para kafilah perwakilan setiap daerah. Hingga tabuh pemain gendang dimainkan, para kafilah juga mulai jalan mengisi tenda masing-masing. Dua orang kafilah asal Luwu Utara naik ke atas panggung. Mereka memberikan cindera mata kepada Gubernur Sulsel dan Bupati Bone.
Satu jam lamanya perkenalkan para kafilah. Musik klasik terdengar. Penonton di dalam stadion juga teriak memberikan semangat. Lebih histeris saat 500 orang penari mulai masuk ke tengah lapangan. Hingga diikuti oleh 2.700 lebih penari lainnya.
Hujan mulai mengguyur. Para penari utama yang memegang lampion terus bergerak dan membentuk pola bulan bintang. Disusul masuknya penari perempuan yang membentuk konfigurasi satu kepiting besar.
Setelah itu, penari mengubah posisi membentuk konfigurasi payung kecil yang menandakan teddung salaka, lalu membentuk payung besar. Hingga penari membetuk pola loga MTQ dan menutup tarian dengan membentuk konfigurasi Songkok Recca.
Para penari ini menceritakan masuknya Islam di Bumi Arung Palakka dipadukan dengan kearifan lokal Bone sebagai penghasil Kepiting. Sementara tedung salaka, mengartikan pertama kalinya Islam masuk di Bone. Sementara Songkok Recca adalah ciri khas Bone.
Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman mengaku, suguhan penari kolosal sungguh mengagumkan. “Sungguh pertunjukan yang megah dan spektakuler,” pujinya.
Untuk itu, dia juga tak tanggung untuk memberikan hadiah yang spektakuler kepada pemenang MTQ. Juara pertama akan diberikan uang tunai sebesar Rp 30 juta. Termasuk akan mendapat binaan untuk mengikuti lomba di tingkat nasional.
“Jika kafilah Sulsel meraih emas di tingkat nasional, maka kita beri uang pembinaan senilai harga rumah,” bebernya.
Kakanwil Kemenag Sulsel Khaeroni juga mengaku sangat terkesan atas pembukaan MTQ XXXII di Bone. Sambutan masyarakat yang begitu banyak menjadikan even ini terasa sangat megah.
Bupati Bone Andi Fahsar Mahdin Padjalangi sendiri merasa sangat bangga atas kerja keras para seluruh pihak yang terlibat dalam mendukung kesuksesan pelaksanaan MTQ XXXII di Kabupaten Bone. Termasuk memberikan kepercayaan kepada Bone sebagai tuan rumah.
“Terima kasih atas kepercayaan memilih Bone sebagai tuan rumah. Bone kebanjiran tamu. Sekitar 11 ribu orang yang hadir. Bone sebagai tuan rumah bertekad menjadi pelaksana terbaik,” ungkap dengan bangga.
Hingga Jam menunjuk pukul 23.50 Wita, hujan perlahan mereda. Pasha Ungu yang dihadirkan sebagai bintang tamu menjadikan lapangan Lapatau Watampone semakin ramai. Hingga penonton mulai masuk ke dalam lapangan hijau. Sungguh malam yang luar biasa. (*)