PILARMEDIA.ID, BONE — Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman memberikan banyak bantuan untuk Kabupaten Bone di Hari Jadi Bone yang ke 692. Bentuk apresiasi sebagai putra daerah.
“Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sudah membantu Kabupaten Bone melalui bantuan keuangan provinsi sekitar Rp 230 miliar. Untuk tahun 2022 dianggarkan bantuan keuangan Rp 37 miliar,” katanya saat memberikan sambutan Senin (28/3/2022).
Selain itu Pemprov Sulsel juga menyerahkan bantuan hibah ke Masjid Nurul Iman Kecamatan Ulaweng Rp 400 juta, Masjid Darussalam Kecamatan Tellusiattinge Rp 75 juta, masjid akbar Kecamatan Lappariaja Rp 700 juta, masjid Agung Al Markas Al Marif Watampone Rp 800 juta.
“Bone ini tempat yang dirindu banyak orang, banyak tokoh besar dari Bone, ada bapak JK Wapres dua periode, kampung para menteri, kita sebagai penerus para tokoh ini berusaha sebaik mungkin untuk membantu pembangunan Kabupaten Bone,” tanbahnya.
Sudirman menuturkan, untuk di Kabupaten Bone pihaknya sudah membangun akses jalan tembus Bakunge yang mempersingkat akses, juga membangun jalan Lapri – Bongoro Pangkep, membangun Bendung Lalengrie Ujung Lamuru, kemudian Jembatan Cenrana, Jembatan Solo, membangun RS regional.
“Pemerintah provinsi Sulawesi Selatan senantiasa berusaha memperbaiki akses infrastruktur utamanya jalan, kita di provinsi hanya bekerja dulu, biarkan orang bercerita,” sebutnya.
Sementara Bupati Bone Andi Fahsar Mahdin Padjalangi mengucapkan terima kasih kepada pemerintah provinsi Sulawesi Selatan yang saat ini di bawah kepemimpinan Gubernur Andi Sudirman Sulaiman yang banyak membantu Kabupaten Bone.
“Suatu kebanggan bagi kami bapak Gubernur Sulsel yang tak lain adalah putra daerah Bone. Semoga Bone ke depan dapat maju dan berkembang, bantuan keuangan dari provinsi Sulsel yang telah dilokasikan ke Bone sejak tahun 2018 sebesar Rp 25,9 miliar, meningkat menjadi Rp 71,1 miliar pada 2019, kemudian meningkat lagi menjadi Rp 84,5 miliar pada tahun 2020, dan tahun 2021 sebesar Rp 54 miliar,” ucapnya.
Fahsar menambahkan momentum mattompang arajang ini juga dijadikan sebagai refleksi sejarah kebangkitan Bone yang kaya nilai kearifan lokal dan tradisi lokal. Prosesi adat mattompang arajang yang telah disaksikan merupakan bagian dari Hari Jadi Bone yang rutin dilaksanakan setiap tahun.
“Mattompang arajang adalah prosesi membersihkan benda-benda pusaka kerajaan Bone yang juga lazim kita sebut mappepaccing arajang atau pangedereng rilangiri, dan secara khusus disebut massossoro arajang,” katanya.
“Perlu kami tegaskan bahwa kegiatan ini bukan untuk mengkultuskan benda-benda yang telah diwariskan namun merupakan bentuk penghargaan kepada leluluhur atas kebesaran yang telah mereka raih yang diwariskan kepada kami, sejarah ini harus tetap dipertahankan, dilestarikan, serta dijadikan daya ungkit dan daya dorong untuk mempertahankan kejayaaan Bone dalam dimensi masa kini,” sambungnya.